KalselMedia – Wakil Presiden Kamala Harris secara resmi menerima nominasi dari Partai Demokrat untuk menjadi calon presiden pada Kamis (22/8). Dalam pidatonya yang penuh semangat, Harris menyerukan untuk segera menghentikan perang di Gaza, dan menekankan pentingnya melawan tirani di seluruh dunia—sebuah sikap yang sangat berbeda dengan pendekatan yang diambil oleh Donald Trump dari Partai Republik.
“Ketika kita dihadapkan pada pilihan antara demokrasi dan tirani, saya tahu di mana saya berdiri, dan saya tahu di mana Amerika Serikat seharusnya berdiri,” ujar Harris, dengan tegas mengkritik Trump yang menurutnya tunduk kepada para diktator.
Pada malam penutupan konvensi partai yang berlangsung selama empat hari di Chicago, Harris, yang kini berusia 59 tahun, berjanji untuk memimpin Amerika Serikat menuju “Jalan Baru ke Depan” saat ia dan Trump, 78 tahun, memasuki 11 minggu terakhir kampanye yang ketat.
Harris diangkat sebagai kandidat Demokrat hanya beberapa bulan yang lalu, setelah sekutu Presiden Joe Biden (81) mendorongnya untuk mundur dari pemilihan presiden. Meskipun kampanye singkatnya belum banyak mengungkapkan visi yang jelas untuk negara, pidato kali ini memperlihatkan sisi yang berbeda dari dirinya.
Pidato Harris memaparkan beberapa prinsip kebijakan, baik domestik maupun internasional, meskipun belum menjelaskan secara detail. Setelah beberapa hari mendapat protes dari pendukung Palestina yang merasa tidak diberi panggung di konvensi tersebut, Harris menegaskan komitmennya untuk menjamin keamanan Israel, membebaskan sandera dari Gaza, dan mengakhiri perang yang berlangsung di wilayah tersebut.
“Sudah waktunya untuk mencapai kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata,” serunya di tengah sorak sorai para pendukung. “Dan saya pastikan, saya akan selalu mendukung hak Israel untuk membela diri.”
Harris menambahkan bahwa situasi di Gaza selama 10 bulan terakhir sangat memprihatinkan. Banyak nyawa tak berdosa yang hilang, sementara rakyat hidup dalam ketakutan dan kelaparan. “Presiden Biden dan saya berkomitmen untuk mengakhiri perang ini sehingga Israel aman, sandera dibebaskan, penderitaan di Gaza berakhir, dan rakyat Palestina mendapatkan hak mereka atas martabat, keamanan, dan kebebasan,” tandasnya.
Dalam pernyataan kebijakan luar negeri yang paling kuat hingga saat ini, Harris juga menegaskan bahwa dia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat, termasuk menghadapi Iran dan para pemimpin tirani seperti Kim Jong Un yang disebutnya sebagai “sekutu Trump.”
Harris juga berjanji untuk mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia dan menjaga aliansi kuat dengan NATO. Jika terpilih, Harris akan menjadi presiden perempuan pertama dalam sejarah Amerika Serikat.
Ia menggambarkan pemilihan umum pada 5 November mendatang sebagai “kesempatan yang berharga untuk melupakan kebencian dan perpecahan, serta membuka jalan baru bagi negara ini.” Harris juga menyoroti perbedaan mendasar antara dirinya dan Trump, menuduh Trump tidak memperjuangkan kelas menengah dan merencanakan kenaikan pajak melalui tarif yang diusulkan.
Harris juga mengingatkan tentang keputusan Mahkamah Agung baru-baru ini terkait kekebalan presiden dan bahaya yang akan muncul jika Trump kembali berkuasa. “Bayangkan Donald Trump tanpa pembatas,” katanya.
Trump, yang telah berjanji untuk menanggapi pidato Harris secara langsung, mengunggah serangkaian pesan di media sosial saat Harris berbicara. Salah satu pesannya berbunyi, “Ia melambangkan ketidakmampuan dan kelemahan – Negara Kita ditertawakan di seluruh Dunia!”
Pada malam terakhir konvensi, suasana di United Center Chicago sangat meriah. Sebanyak 23.500 kursi di arena itu terisi penuh, dan petugas terpaksa membatasi jumlah orang yang masuk karena kapasitas gedung sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh petugas pemadam kebakaran Kota Chicago.
Setelah pidato Harris, ribuan balon berjatuhan di tengah kerumunan. Untuk menggembungkan balon-balon tersebut, diperlukan bantuan 75 sukarelawan, 30 staf, dan belasan pekerja panggung yang tergabung dalam serikat pekerja.
Sebelum pidato dimulai, Presiden Joe Biden sempat menelepon Harris untuk mengucapkan selamat. Harris menegaskan kembali komitmennya untuk memperjuangkan hak-hak aborsi, undang-undang hak pilih, meningkatkan pasokan perumahan, dan menindak keras praktik kenaikan harga yang tidak wajar oleh pedagang grosir.
Di luar konvensi, ribuan pendukung Palestina berkumpul untuk memprotes dukungan Amerika Serikat terhadap Israel. Isu ini menjadi salah satu topik yang paling memecah belah di kalangan Demokrat, namun tidak banyak dibahas di dalam konvensi, yang dapat berdampak pada perolehan suara Demokrat di pemilu mendatang.
Harris telah berhasil mengumpulkan dana kampanye sebesar $500 juta dalam sebulan terakhir, mempersempit kesenjangan atau bahkan memimpin melawan Trump dalam berbagai jajak pendapat di negara-negara bagian yang diperebutkan. Secara nasional, Harris unggul dengan 46,6 persen suara dibandingkan dengan 43,8 persen untuk Trump, menurut kompilasi jajak pendapat oleh FiveThirtyEight.