KalselMedia – Pemberian izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan Barat dalam menyerang target di Rusia telah menjadi sorotan. Namun, menurut pengamat Ukraina dari CBA Initiatives Center, Glib Voloskyi, dampak strategis keputusan ini bergantung pada bagaimana aturan penggunaannya diterapkan.
Jika Ukraina diizinkan menyerang seluruh wilayah Rusia, Voloskyi memprediksi Rusia akan merespons dengan merelokasi pasukan, pusat komando, dan rute logistik untuk menghindari jangkauan rudal Barat.
Namun, jika serangan Ukraina hanya diizinkan terbatas di wilayah Kursk, Rusia cukup memindahkan pusat komando dan unit ke wilayah terdekat seperti Bryansk atau Belgorod, sehingga dampaknya terhadap garis depan tidak terlalu signifikan.
Voloskyi menilai pemberian izin ini sebagai isyarat keras dari AS terhadap Rusia dan Korea Utara, yang menandakan ketidaksukaan atas keterlibatan unit-unit Korea Utara dalam mendukung pasukan Rusia.
Di Ukraina sendiri, keputusan ini disambut dengan optimisme hati-hati, meski beberapa pihak menyayangkan keterlambatan keputusan tersebut. Voloskyi berpendapat, jika kebijakan ini diterapkan sejak awal musim gugur, dampaknya bisa lebih signifikan, seperti menghambat serangan balik Rusia di Kursk atau bahkan menggagalkan serangan ke wilayah Pokrovsk.
Senada dengan Voloskyi, Patrick Bury, lektor senior bidang keamanan di University of Bath, menyatakan bahwa perubahan ini dilakukan terlalu terlambat untuk menghasilkan dampak strategis besar.
Keputusan ini datang di tengah peningkatan ketegangan, termasuk langkah Presiden Rusia Vladimir Putin yang menempatkan pasukan Korea Utara di sepanjang perbatasan utara Ukraina. Langkah ini bertujuan untuk merebut kembali wilayah yang sebelumnya direbut Ukraina, menciptakan tantangan baru di medan perang.
Meskipun izin penggunaan ATACMs memberikan opsi baru bagi Ukraina, tantangan waktu dan koordinasi yang tepat akan menjadi kunci untuk memaksimalkan dampak strategis di medan tempur.