
KalselMedia – Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin melaksanakan pengabdian masyarakat di Panti Sosial Tuna Netra dan Disabilitas Fisik Fajar Harapan, Kabupaten Banjar, Jumat (12/9/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Pelayanan dan Penerapan Buku Saku Braille Kesehatan Gigi dalam Menurunkan Angka Karies dan Skor Debris Indeks pada Anak Panti Sosial Tuna Netra Fajar Harapan Provinsi Kalimantan Selatan” dan menyasar 68 anak, terdiri dari 52 tunanetra serta 16 penyandang disabilitas fisik.
Acara dibuka oleh Kepala Panti Jumri, S.Ag., MIKom., bersama Kasi Pelayanan Frendy. Tim menyampaikan edukasi kesehatan gigi melalui buku saku braille yang dirancang ramah bagi anak tunanetra agar mereka dapat memahami dan mempraktikkan kebiasaan menyikat gigi secara mandiri.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan penyuluhan interaktif tentang kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan karies, serta penilaian kebersihan gigi melalui debris indeks. Anak-anak juga dinilai keterampilannya dalam menyikat gigi, mulai dari cara memegang sikat, teknik, urutan, hingga durasi menyikat. Puncaknya, buku saku braille kesehatan gigi diperkenalkan sebagai media pembelajaran taktil yang memudahkan anak dalam berlatih. Untuk menambah semangat, kegiatan ditutup dengan Lomba Gigi Sehat dan Lomba Pentas Seni berupa menyanyi dan membaca puisi.
Ketua Tim Pengabdian, Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd., menegaskan pentingnya media braille sebagai jembatan pembelajaran taktil–auditif.
“Buku saku braille ini kami rancang agar anak-anak memegang kendali atas kesehatan giginya. Mereka belajar lewat panduan sederhana yang mudah diingat, sehingga terbentuk kebiasaan menyikat gigi yang benar,” jelasnya.
Waljuni menambahkan, fokus utama program adalah perubahan perilaku menyikat gigi—baik frekuensi, durasi, maupun teknik—yang diharapkan dapat menurunkan skor debris indeks dari waktu ke waktu.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pihak panti, para pendamping, dan relawan mahasiswa yang memastikan keberlanjutan intervensi.
“Kolaborasi lintas peran memastikan intervensi tidak berhenti di kelas, tetapi berlanjut dalam pendampingan rutin,” ungkapnya.
Menurutnya, inklusivitas harus menjadi standar dalam edukasi kesehatan gigi sehingga anak tunanetra memperoleh akses materi dan alat bantu yang adaptif.
Program ini tidak hanya bersifat sekali jalan, melainkan disusun sebagai model edukasi berkelanjutan. Pendekatannya menggabungkan studi literatur, FGD, konsultasi dengan ahli, serta pengembangan media agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
Tim pelaksana kegiatan terdiri dari Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd., didampingi Danan, S.Si.T., M.Kes., dan St. Sab’atul Habibah, SKM., M.Kes. Turut berpartisipasi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banjarmasin: Azkia AzzZahra, Kaysha Aliya Ramadhani, dan Siti Asyifa yang terlibat dalam edukasi, pendampingan praktik, serta dokumentasi pemeriksaan.