KalselMedia – Layanan streaming Netflix mendapat kecaman setelah menghapus 19 film bertema Palestina dari platformnya. Sejumlah besar film tentang Palestina, yang dilisensikan oleh Front Row Filmed yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab, tidak lagi tersedia sejak pertengahan Oktober 2024. Di antara film yang hilang dari daftar Netflix adalah karya-karya penting seperti Divine Intervention (2002) oleh Elia Suleiman, Salt of this Sea (2008) oleh Annemarie Jacir, dan 3000 Nights (2015) oleh Mai Masri, menurut laporan dari Deadline.
Alasan Penghapusan: Lisensi Kedaluwarsa Dalam pernyataannya, Netflix menjelaskan bahwa koleksi “Palestinian Stories” berisi 32 film yang dirilis pada Oktober 2021 dengan lisensi yang berlaku selama tiga tahun, dan masa lisensinya kini telah berakhir. Netflix menegaskan, penghapusan film setelah lisensi kedaluwarsa adalah bagian dari kebijakan standar yang dilakukan terhadap berbagai film dan serial.
“Kami terus berinvestasi dalam film dan acara TV berkualitas dari seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan anggota kami dan merayakan beragam suara,” ujar Netflix, dilansir Hollywood Reporter. Meskipun koleksi Palestina berkurang, Netflix menyebutkan bahwa masih ada sejumlah film Palestina lain yang tetap tersedia di platformnya.
Kecaman dari Organisasi HAM Penghapusan ini menuai kritik tajam dari organisasi hak asasi manusia, Freedom Forward, yang berbasis di San Francisco. Direktur Eksekutif Freedom Forward, Sunjeev Bery, menilai Netflix seharusnya berupaya lebih untuk memperpanjang lisensi film-film ini guna menjaga akses publik global terhadap cerita-cerita Palestina.
“Mengapa Netflix tidak memperbarui lisensi untuk 19 film Palestina ini? Netflix adalah perusahaan dengan nilai mencapai 300 miliar dolar AS, mampu untuk memperpanjang lisensi film-film yang diprioritaskannya,” ujar Bery dalam surat terbuka. Ia menambahkan bahwa penghapusan koleksi Palestina dapat semakin menyingkirkan suara rakyat Palestina yang, menurutnya, menghadapi kekerasan terus-menerus di tengah situasi konflik yang belum usai.
Meski lisensi film merupakan prosedur standar, Freedom Forward berharap Netflix akan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menjaga cerita-cerita Palestina tetap dapat diakses oleh masyarakat internasional.