
KalselMedia.com, Barabai – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Indonesia di Barabai diwarnai dengan seruan aksi nyata dari Koordinator Gusdurian Barabai, Cak Fahri24.
Mengusung tema nasional “Hentikan Polusi Plastik”, ia mengajak masyarakat untuk tak hanya sekadar memperingati tetapi juga mulai mengambil langkah konkret demi kelestarian bumi.
“Hari ini bukan hanya sekadar memperingati, tapi saatnya bertindak nyata. Kita harus mulai meninggalkan kebiasaan menggunakan plastik dan botol sekali pakai. Kita bisa mulai dari hal kecil namun berdampak besar, seperti membawa tumbler minum sendiri ke mana-mana,” kata Cak Fahri24, Kamis (5/6) pagi di Barabai.
Ia mengingatkan bahwa plastik sekali pakai sudah menjadi masalah serius yang mengancam lingkungan di Hulu Sungai Tengah.
Dari sungai hingga sawah, limbah plastik mengotori alam dan merusak sistem pertanian dan perairan.
Menjelang Idul Adha, ia juga mendorong masyarakat dan panitia kurban untuk tidak lagi memakai kantong plastik dalam pembagian daging.
Sebagai alternatif, ia mengusulkan solusi yang tak hanya ramah lingkungan tapi juga sarat nilai tradisi.
“Kita punya warisan lokal yang hebat. Daun pisang yang dilapisi bakul bambu atau jintingan purun bisa menjadi pengganti plastik. Selain lebih ramah lingkungan, juga menjaga kearifan lokal kita. Harganya murah, mudah didapat, dan tidak mencemari bumi,” tambahnya.
Jintingan purun merupakan produk anyaman dari tumbuhan khas Kalimantan Selatan yang selama ini digunakan sebagai wadah dan perlengkapan rumah tangga.
Pemanfaatannya dinilai bisa menjadi solusi ekologis sekaligus mendukung pengrajin lokal agar tetap hidup.
Dalam beberapa bulan terakhir, komunitas Gusdurian Barabai juga aktif mengampanyekan gerakan “Tumbleran” – membawa botol minum sendiri ke tempat umum.
Gerakan ini mendapat dukungan luas dari generasi muda dan lembaga pendidikan.
“Jika kita mencintai bumi, kita harus berani berubah. Jangan tunggu nanti, mari kita mulai sekarang. Kurangi plastik, bawa tumbler dan saat Idul Adha nanti, mari kita gunakan daun pisang dan jintingan purun sebagai bentuk ibadah yang juga menjaga alam,” pungkasnya.
(RF/Atha)