
Oleh : Muhammad Fauzil Azhim, Ketua HMI komisariat Fakultas Tarbiyah Cabang Banjarmasin sekaligus Peserta LK lll Badko Kalsel 2025
Cita-cita yang diharapkan yaitu Indonesia Emas 2045 tidak semata-mata menitikberatkan pada peningkatan ekonomi, melainkan lebih jauh pada pembangunan kualitas manusia Indonesia. Pendidikan menjadi faktor penentu, dengan guru sebagai garda terdepan pembentuk generasi. Namun, tanpa kesejahteraan yang layak, peran guru tidak akan optimal. Karena itu, pemenuhan kesejahteraan guru menjadi sangat mendesak, sebab dengan jaminan hidup yang baik, mereka dapat lebih konsentrasi dan berkomitmen melahirkan generasi yang unggul serta berdaya saing global.
Di sisi lain, perkaderan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki peran penting sebagai katalisator. Melalui proses kaderisasi, HMI membentuk mahasiswa yang kritis, visioner, dan peduli pada persoalan kebangsaan, termasuk pendidikan. Kader HMI tidak hanya dilatih berpikir akademis, tetapi juga diasah jiwa kepemimpinan, kepedulian sosial, dan semangat perjuangan. Dengan basis itu, HMI mampu menjadi jembatan antara idealisme mahasiswa dengan realitas kebutuhan bangsa—terutama dalam mengawal kesejahteraan guru dan mutu pendidikan.
Perkaderan HMI melahirkan insan-insan yang siap berperan sebagai “agen perubahan” di berbagai bidang. Mereka bisa mengadvokasi kebijakan pendidikan, memberi solusi kreatif atas kesenjangan akses belajar, hingga mendorong inovasi digital di dunia pendidikan. Korelasi ini jelas: jika guru adalah penggerak pendidikan, maka kader HMI adalah penjaga arah perjuangan pendidikan agar tetap berpihak pada keadilan dan masa depan bangsa.
Dengan demikian, keberhasilan Indonesia Emas 2045 akan sangat ditentukan oleh sinergi tiga hal: pendidikan berkualitas, kesejahteraan guru, dan kaderisasi mahasiswa melalui organisasi seperti HMI. Jika ketiganya berjalan beriringan, Indonesia bukan hanya akan memiliki infrastruktur kuat, tetapi juga generasi emas yang berkarakter, kritis, dan berdaya saing global. (RLS/AZHIM/MA)