
KalselMedia.com, Barabai – Momen penyerahan bantuan pendidikan di Hulu Sungai Tengah (HST) menjadi lebih dari sekadar acara seremonial.
Di balik penyaluran seragam gratis untuk siswa baru dan bantuan perahu untuk transportasi guru, tersimpan kisah pribadi yang menyentuh. Bupati HST Samsul Rizal pernah merasakan langsung getirnya perjuangan untuk bersekolah.
Di hadapan siswa, guru, dan wali murid di SMPN 20 HST, Desa Rantau Bujur, Kecamatan Labuan Amas Utara, Samsul Rizal menceritakan masa lalunya yang penuh keterbatasan.
Saat duduk di bangku SMP di Kandangan, ia pernah harus meminjam seragam dari teman yang sudah lulus, karena orang tuanya tidak mampu membelikan yang baru.
“Saya dulu sekolah di Kandangan. Pernah sampai meminjam seragam dari kawan karena orang tua tidak mampu membeli. Hari ini, alhamdulillah, bisa membantu ribuan siswa agar tidak mengalami hal yang sama,” ujarnya dengan suara bergetar.
Kisah pribadi itu menjadi fondasi lahirnya program bantuan seragam sekolah gratis bagi 1.301 siswa baru tingkat SMP di seluruh HST untuk tahun ajaran 2025/2026. Setiap siswa menerima dua stel seragam: putih biru dan Pramuka.
Tak berhenti di sana, Bupati juga menyerahkan alat transportasi air (jukung) untuk membantu mobilitas guru-guru yang mengajar di wilayah terpencil seperti SDN 3 Sungai Buluh dan SDN Awang Landas, yang hanya bisa diakses melalui jalur sungai. Selama ini, para guru harus menyewa perahu sendiri untuk menjalankan tugasnya.
“Medannya sulit, jalur darat tidak ada. Kalau hujan deras dan air pasang, guru sering tidak bisa sampai ke sekolah. Maka pemerintah hadir. Kita fasilitasi jukung untuk transportasi mereka,” tegas Samsul Rizal.
Dalam acara tersebut, yang juga dihadiri camat, kepala Dinas Pendidikan, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat, Bupati Samsul Rizal turut mengumumkan bahwa SMPN 20 HST akan mendapatkan rehabilitasi 4 ruang kelas dan pembangunan 4 ruang kelas baru, dengan total anggaran Rp2,2 miliar.
Ia juga menjadi bupati pertama yang menginjakkan kaki di sekolah tersebut sejak berdiri tahun 2003.
Kepala Dinas Pendidikan HST, Anhar, menyebut bahwa kebijakan ini merupakan bentuk intervensi langsung untuk meringankan beban awal pendidikan, yang kerap menjadi penyebab utama anak putus sekolah, terutama di daerah 3T.
“Pengalaman Bapak Bupati yang pernah kesulitan sekolah adalah inspirasi kebijakan ini. Beliau tidak ingin ada anak HST hari ini yang harus meminjam seragam seperti yang dulu beliau alami,” ujarnya.
Program ini juga diharapkan berdampak pada peningkatan angka partisipasi sekolah (APS) di wilayah-wilayah sulit akses, di mana jarak, infrastruktur, dan faktor ekonomi masih menjadi tantangan utama.
Menutup sambutannya, Bupati Samsul Rizal berpesan kepada para siswa agar tidak menyerah oleh keadaan:
“Seragam ini bukan hanya pakaian. Ini simbol harapan, tanggung jawab, dan semangat. Gunakan untuk belajar sungguh-sungguh, jadi pribadi jujur, rajin, dan hormat pada guru dan orang tua. Jangan pernah menyerah karena jarak atau kemiskinan.” pungkasnya. (MA)