Kontroversi Dukungan Elon Musk pada AfD, Perdebatan Politik Memuncak

KalselMedia – Partai Alternatif untuk Jerman (Alternative for Germany/AfD) berhasil meraih posisi kedua dalam jajak pendapat menjelang pemilu Jerman yang dijadwalkan pada 23 Februari mendatang. Dengan agenda utama keluar dari Uni Eropa dan menghentikan dukungan terhadap Ukraina, AfD semakin menarik perhatian publik, termasuk dari luar negeri.

Dukungan Elon Musk dan Respon Pemimpin AfD

Elon Musk, miliarder asal Amerika Serikat sekaligus sekutu Presiden-terpilih Donald Trump, turut menyuarakan dukungannya terhadap AfD melalui unggahan di akun X-nya pada Jumat (20/12). “Hanya AfD yang bisa menyelamatkan Jerman,” tulis Musk.

Pemimpin AfD, Alice Weidel, menyambut pernyataan Musk dengan penuh antusiasme. Dalam unggahannya, Weidel mengatakan, “Elon yang terhormat. Terima kasih atas tanggapanmu. AfD memang satu-satunya alternatif bagi negara kami – pilihan terakhir kami.”

Kritik dan Respon Kanselir Scholz

Dukungan Musk terhadap partai yang dilabeli ekstrem kanan oleh penyelidik federal Jerman menuai kritik dari berbagai pihak. Kanselir Jerman Olaf Scholz menanggapi dengan menyatakan bahwa kebebasan berpendapat merupakan bagian dari demokrasi, termasuk bagi multimiliarder seperti Musk.

Namun, Scholz juga menekankan bahwa kebebasan berpendapat memungkinkan seseorang untuk menyampaikan pandangan yang “tidak benar atau tidak memberikan nasihat politik yang baik.”

AfD dan Dampaknya pada Wacana Ukraina

Meskipun partai-partai arus utama Jerman sepakat untuk tidak berkoalisi dengan AfD, pengaruh partai ini terhadap isu Ukraina cukup signifikan. Menurut analis Mattia Nelles dari German-Ukraine Bureau, kampanye AfD yang menentang pengiriman bantuan ke Ukraina telah membuat partai-partai lain lebih berhati-hati dalam menyuarakan dukungan mereka.

Sejak invasi Rusia pada 2022, Jerman telah memberikan bantuan senilai $11 miliar (sekitar Rp177,8 triliun) kepada Ukraina. Namun, tekanan ekonomi menjadikan anggaran pemerintah sebagai isu sentral dalam kampanye pemilu.

Isu Ekonomi dan Tantangan Pemerintahan Mendatang

Partai Sosial Demokrat (SPD) yang dipimpin Kanselir Scholz mendukung peningkatan pagu utang untuk mendanai bantuan ke Ukraina. Sebaliknya, Partai Kristen Demokrat (CDU) di bawah Friedrich Merz, yang unggul dalam jajak pendapat, menolak rencana tersebut.

Kekhawatiran juga muncul di Eropa terkait kemungkinan berkurangnya dukungan AS untuk Kyiv di bawah kepemimpinan Donald Trump yang akan kembali menjabat sebagai Presiden AS. Menurut Mattia Nelles, jika Trump menghentikan bantuan AS, Jerman harus memimpin upaya pendanaan untuk Ukraina. Namun, tanpa pembiayaan utang, upaya ini dinilai sulit tercapai.

Prospek Pemimpin Jerman Berikutnya

Dengan berbagai tekanan, mulai dari ekonomi domestik hingga dinamika politik internasional, pemimpin Jerman berikutnya diperkirakan akan menghadapi tantangan berat. Baik itu mempertahankan dukungan terhadap Ukraina, menjaga stabilitas ekonomi, maupun menghadapi peningkatan pengaruh partai-partai populis seperti AfD.