
Oleh: Muhammad Athaillah, Ketua Umum HMI Cabang Barabai
Kemandirian umat adalah cita-cita besar yang tidak bisa hanya menjadi wacana. Ia harus diwujudkan melalui langkah nyata yang menyentuh aspek paling mendasar dalam kehidupan masyarakat yakni ekonomi.
Dalam hal ini, UMKM dan ekonomi kreatif menjadi motor penggerak yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari umat.
Keduanya bukan hanya instrumen bisnis, tetapi juga strategi sosial dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan bangsa.
Sebagai Ketua Umum HMI Cabang Barabai, saya melihat dengan jelas bagaimana UMKM menjadi tulang punggung ekonomi rakyat di daerah.
Di Barabai dan Hulu Sungai Tengah, UMKM bahkan menjadi ruang penghidupan utama bagi masyarakat.
Dari usaha kuliner, kerajinan tangan, hingga perdagangan kecil, UMKM tumbuh sebagai bukti nyata kemandirian ekonomi berbasis rakyat.
Namun, tantangan yang dihadapi masih cukup besar. Permodalan yang terbatas, akses teknologi yang belum merata hingga kemampuan bersaing yang masih perlu ditingkatkan sering kali menjadi penghalang bagi pelaku UMKM.
Oleh sebab itu, kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, organisasi masyarakat dan pemuda sangat penting untuk melahirkan ekosistem yang kondusif.
HMI, sebagai organisasi kader, harus hadir tidak hanya dalam perdebatan intelektual, tetapi juga dalam aksi nyata yang mendorong pemberdayaan ekonomi umat.
Di era digital, ekonomi kreatif memberikan peluang yang sangat luas. Generasi muda kini memiliki ruang tanpa batas untuk berkarya melalui platform digital, media sosial maupun e-commerce.
Produk-produk kreatif yang lahir dari tangan anak muda tidak hanya mampu memberikan nilai ekonomi tetapi juga merepresentasikan identitas budaya.
Di sinilah ekonomi kreatif menjadi simpul penting antara kemandirian ekonomi dan pelestarian nilai bangsa.
Saya meyakini bahwa kemandirian umat tidak bisa dilepaskan dari nilai Islam dan semangat kebangsaan. Islam mengajarkan pentingnya kerja keras, kejujuran dan etos kemandirian.
Sementara itu, semangat kebangsaan menuntun kita untuk menjadikan ekonomi sebagai instrumen keadilan sosial.
Apabila keduanya berjalan seiring, maka ekonomi umat akan berkembang tanpa kehilangan akar moralitas dan tujuan kemanusiaannya.
Khusus di Barabai dan Hulu Sungai Tengah, potensi lokal yang ada sangat layak dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi kreatif.
Kuliner khas daerah, kerajinan berbasis tradisi, hingga potensi pariwisata berbasis masyarakat dapat menjadi modal utama untuk mendorong kemandirian ekonomi.
Dengan sentuhan inovasi dan dukungan teknologi, potensi ini bisa terangkat hingga tingkat nasional bahkan global.
Dalam konteks ini, peran generasi muda sangat menentukan. Mereka adalah agen perubahan yang mampu menjembatani nilai tradisi dengan modernitas.
HMI memiliki tanggung jawab moral untuk melahirkan kader visioner yang berani berinovasi, sekaligus teguh memegang nilai keislaman dan kebangsaan.
Kader HMI harus bertransformasi menjadi pelaku usaha, inovator digital, dan penggerak ekonomi umat.
Oleh karena itu, dari Barabai saya ingin menegaskan ajakan untuk meneguhkan kemandirian umat melalui UMKM dan ekonomi kreatif.
Inilah ikhtiar kolektif yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi bagian dari kekuatan besar Indonesia.
Kemandirian umat adalah jalan panjang menuju bangsa yang berdaulat, adil, dan bermartabat. Dan dari daerah langkah itu bisa dimulai. (MA)