KalselMedia – Amerika Serikat kembali memperketat kebijakan ekspornya dengan mengumumkan pembatasan baru yang ditujukan untuk membatasi kemampuan China dalam memproduksi semikonduktor canggih. Langkah ini diumumkan pada Senin (2/12) dan segera memicu kecaman dari pemerintah Beijing, yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan perdagangan global.
Langkah terbaru ini merupakan bagian dari strategi AS untuk menghalangi China mengembangkan cip canggih yang berpotensi digunakan dalam kecerdasan buatan dan sistem senjata mutakhir. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menegaskan bahwa langkah ini bertujuan melindungi teknologi Amerika agar tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang dianggap dapat mengancam keamanan nasional.
“Kami akan terus bekerja sama dengan sekutu dan mitra kami untuk menjaga keunggulan teknologi yang mendukung keamanan nasional,” ujar Sullivan.
Pembatasan ini mencakup ekspor ke 140 perusahaan, termasuk dua perusahaan cip China, yaitu Piotech dan SiCarrier Technology, serta perusahaan peralatan produksi cip Naura Technology Group. Selain itu, kontrol baru ini juga mencakup lebih dari 20 jenis peralatan pembuat cip dan tiga perangkat lunak pengembangan semikonduktor, yang juga berdampak pada perusahaan di Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
Merespons kebijakan ini, juru bicara Kementerian Perdagangan China menyebut tindakan AS sebagai langkah yang menghambat perdagangan global. “Amerika Serikat menyalahgunakan pengendalian ekspor, yang pada akhirnya merugikan pertukaran ekonomi dan perdagangan internasional,” ujarnya.
China juga menegaskan akan melindungi kepentingan ekonominya dan menilai kebijakan ini dapat memperburuk hubungan dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Langkah AS ini diumumkan beberapa minggu menjelang pelantikan Donald Trump, yang diperkirakan akan melanjutkan kebijakan keras terhadap China. Wakil Menteri Perdagangan AS, Alan Estevez, menyatakan bahwa Washington akan terus berdiskusi dengan sekutu-sekutunya untuk memperbarui kontrol ekspor demi menekan upaya pengembangan teknologi canggih oleh Beijing.
Dengan kebijakan yang semakin ketat, persaingan antara AS dan China dalam bidang teknologi diperkirakan akan terus meningkat, menciptakan tantangan baru bagi hubungan internasional dan perdagangan global.