KalselMedia – Perusahaan tekstil terkemuka PT Sri Rejeki Isman Tbk, yang dikenal dengan nama Sritex, telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang, Jawa Tengah. Keputusan ini berdasarkan putusan perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg yang dipimpin oleh Hakim Ketua Moch Ansor, dan melibatkan PT Indo Bharta Rayon sebagai pemohon. Sritex beserta beberapa perusahaan lain dianggap gagal memenuhi kewajiban pembayaran yang telah ditetapkan.
Sritex didirikan pada tahun 1966 oleh HM Lukminto, berawal sebagai perusahaan perdagangan dengan nama UD Sri Redjeki di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Pada awalnya, perusahaan ini hanya mengambil kain dari produsen di Bandung. Namun, seiring dengan perkembangan usaha, Sritex mulai membuka pabrik cetak pertama yang memproduksi kain putih dan berwarna di Solo pada tahun 1968. Pada tahun 1978, UD Sri Redjeki resmi berubah menjadi PT Sri Rejeki Isman dan terdaftar di Kementerian Perdagangan.
Pindah ke Sukoharjo pada tahun 1980-an, Sritex mulai membangun pabrik tenun pertamanya dan terus berkembang hingga pada tahun 1992, memperluas pabrik dengan empat lini produksi. Pabrik ini diresmikan oleh Presiden Soeharto dan menjadi salah satu pabrik terbesar di kawasan tersebut.
Nama Sritex semakin bersinar setelah berhasil mengamankan kontrak pembuatan seragam untuk NATO dan angkatan bersenjata Jerman pada tahun 1994. Total pesanan mencapai satu juta peach stell (PS) hingga 1998, dan perusahaan ini juga menerima pesanan seragam dari negara-negara lain seperti Inggris dan Papua Nugini. Dengan produk yang digunakan oleh pasukan militer lebih dari 30 negara, Sritex menjadi salah satu pabrik tekstil terkemuka di Asia Tenggara.
Tidak hanya dalam sektor militer, Sritex juga menjalin kerja sama dengan brand fashion internasional seperti Guess dan H&M. Perusahaan ini berhasil melewati krisis moneter pada tahun 1998 dan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.
Sritex tak hanya terbatas pada tekstil. Perusahaan ini juga merambah ke produksi serat rayon melalui PT Rayon Utama Makmur, meskipun sempat menghadapi masalah lingkungan akibat limbah pabrik. Dalam dunia olahraga, Sritex mendukung klub basket Bhinneka Solo dan turut berperan dalam mengembangkan tim basket putri Sritex Dragons Enduro.
Meski kini berada dalam kondisi pailit, Sritex telah meraih berbagai penghargaan sepanjang sejarahnya. Di antaranya adalah penghargaan sebagai Pelopor dan Penyelenggara Penciptaan Investor Saham Terbesar dari Museum Rekor Indonesia pada tahun 2015, serta berbagai penghargaan di sektor tekstil dari majalah Investor.
Pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk merupakan pukulan bagi industri tekstil di Indonesia, mengingat peran signifikan yang pernah dimainkannya. Dari awal berdirinya hingga menjadi salah satu pabrik tekstil terbesar, perjalanan Sritex mencerminkan dinamika industri dan tantangan yang dihadapi dalam dunia bisnis yang kompetitif. Meskipun terpuruk, sejarah dan kontribusinya di bidang tekstil dan olahraga tetap menjadi bagian penting dari warisan industri Indonesia.