Nas’wa Naya Aulia Tegaskan Komitmen Ilmu Pasca LKK untuk KOHATI Progresif

KalselMedia.com, Barabai – Kepemimpinan yang kuat dan progresif bukan sekadar lahir dari jabatan, tetapi dari proses pembelajaran dan penerapan nilai-nilai yang diperoleh selama proses kaderisasi.

Hal ini ditegaskan oleh Nas’wa Naya Aulia, Ketua Umum KOHATI HMI Komisariat Tarbiyahh Cabang Kudus, usai mengikuti Latihan Kader Kaderisasi (LKK) HMI yang diselenggarakan oleh Korkom Walisongo Cabang Semarang 2025.

Nas’wa menegaskan bahwa partisipasinya dalam LKK bukan sekadar untuk memenuhi tahapan kaderisasi formal namun sebagai pijakan penting untuk membawa perubahan nyata di internal organisasi.

Ia menyebut bahwa ilmu yang diperoleh selama LKK harus direpresentasikan dalam kepemimpinan yang berintegritas, program kerja yang kontekstual, dan penguatan solidaritas kader.

“LKK memberikan ruang yang sangat luas untuk merefleksikan peran kita sebagai pemimpin kader perempuan Islam. Saya merasa bertanggung jawab untuk menerjemahkan ilmu yang saya dapatkan ke dalam program-program nyata demi kemajuan KOHATI Komisariat Tarbiyahh,” ujar Nas’wa saat diwawancarai seusai memaparkan rencana strategisnya, Sabtu (29/6/2025).

Bagi Nas’wa, representasi ilmu setelah LKK adalah langkah penting dalam membangun KOHATI yang progresif.

Ia menggarisbawahi bahwa pemimpin bukan hanya menjadi simbol, tetapi juga menjadi teladan dalam keberpihakan pada nilai keilmuan dan kepemimpinan yang berorientasi pada kemaslahatan bersama.

Sejalan dengan itu, Nas’wa memperkenalkan lima strategi utama yang akan dijalankan selama masa kepemimpinannya di KOHATI Komisariat Tarbiyahh Cabang Kudus:

1. Kepemimpinan Berbasis Ilmu dan Integritas
Menjadi pemimpin yang mampu merepresentasikan nilai-nilai yang diperoleh dari LKK, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keberanian mengambil keputusan secara bijak.

2. Pengembangan Program Kerja Kontekstual
Menyesuaikan program dengan kebutuhan lokal, seperti pelatihan kewirausahaan kader, penguatan literasi Islam, serta kegiatan sosial berbasis komunitas.

3. Evaluasi dan Refleksi Berkelanjutan
Menjadikan evaluasi bukan sebagai formalitas laporan, tetapi sebagai ruang refleksi kritis untuk melihat keberhasilan dan kekurangan organisasi secara objektif.

4. Peningkatan Kapasitas Kader
Melalui pelatihan rutin, diskusi tematik, dan mentoring personal, Nas’wa ingin setiap kader KOHATI menjadi representasi positif di ruang publik kampus maupun masyarakat.

5. Kemitraan dan Kolaborasi Strategis
Menggandeng lembaga eksternal, komunitas perempuan, serta tokoh masyarakat untuk memperluas pengaruh dan pengabdian KOHATI di luar lingkup kampus.

Menurut Nas’wa, tantangan kader perempuan di era digital saat ini menuntut organisasi untuk lebih adaptif, responsif, dan solutif.

“KOHATI harus bisa menjawab isu-isu aktual dengan pendekatan Islam dan intelektualitas. Kita tidak boleh hanya berputar pada rutinitas, tapi harus menjemput perubahan,” katanya.

Ia juga mengajak seluruh kader KOHATI untuk bersama-sama menggerakkan roda organisasi secara kolektif dan partisipatif.

“Ini bukan soal saya, tapi soal kita. Organisasi ini akan progresif kalau kita semua bergerak bersama,” imbuhnya.

Representasi ilmu setelah LKK yang ditunjukkan oleh Nas’wa Naya Aulia menjadi cerminan bahwa proses kaderisasi yang dilakukan HMI tidak berhenti pada teori.

Dengan kepemimpinan yang menjiwai nilai-nilai keilmuan dan komitmen terhadap perubahan, KOHATI Komisariat Tarbiyahh Cabang Kudus diyakini akan semakin kokoh menjadi wadah pembentukan kader perempuan Islam yang kritis, solutif, dan berdaya di tengah masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait: