KalselMedia – Gurun Sahara yang terkenal tandus dan gersang baru-baru ini terlihat lebih hijau dari luar angkasa setelah hujan deras yang tidak biasa. Fenomena yang mengejutkan ini terjadi di bagian selatan Sahara, di mana badai membawa hujan yang melimpah, hingga menyebabkan banjir besar. Para ilmuwan memperingatkan bahwa pemanasan global dan polusi mungkin menjadi penyebab utama dari perubahan iklim yang tidak lazim ini.
Curah hujan yang biasanya terkonsentrasi di wilayah utara khatulistiwa Afrika selama Musim Monsun Afrika Barat, dari Juli hingga September, bergeser ke arah Sahara selatan. Akibatnya, wilayah ini menerima dua hingga enam kali lebih banyak curah hujan dari biasanya, menghasilkan pemandangan yang tak terduga—penghijauan gurun pasir.
Pemanasan Global dan Pergeseran Iklim
Karsten Haustein, seorang peneliti iklim di Universitas Leipzig, mengemukakan dua penyebab utama fenomena ini: transisi iklim dari El Niño ke La Niña, dan pemanasan global yang menggeser Zona Konvergensi Intertropis lebih jauh ke utara. Pergeseran ini menyebabkan hujan deras yang tidak wajar di wilayah gurun, fenomena yang menurut Haustein, akan lebih sering terjadi dalam beberapa dekade mendatang karena kenaikan kadar karbon dioksida di atmosfer.
Studi yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa peningkatan suhu global akibat perubahan iklim memicu pergeseran curah hujan yang signifikan. Hasilnya, beberapa negara Afrika yang biasanya menerima curah hujan melimpah kini justru lebih kering, sementara wilayah-wilayah gurun mengalami curah hujan yang jauh di luar normal.
Dampak Banjir dan Krisis Kemanusiaan
Hujan deras di Gurun Sahara telah menyebabkan banjir besar di beberapa negara. Di utara Chad, hujan mencapai 3 hingga 8 inci, jauh di atas rata-rata tahunan yang hanya sekitar 1 inci. Banjir tersebut mempengaruhi hampir 1,5 juta orang, dengan lebih dari 340 orang tewas. Banjir serupa melanda Nigeria dan Sudan, menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dan menewaskan ratusan orang.
Menurut Haustein, perubahan iklim membuat atmosfer mampu menahan lebih banyak uap air, yang mengakibatkan hujan lebih intens dan banjir yang lebih parah. Kondisi ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga membawa krisis kemanusiaan di wilayah-wilayah yang terdampak.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang dampak pemanasan global di masa depan, terutama pada wilayah-wilayah yang sebelumnya dianggap stabil secara iklim.